Keunikan budaya Bali selalu jadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan. Pulau dengan mayoritas penduduk beragama Hindu ini kental dengan adat istiadat dan upacara keagamaan yang sakral. Umat Hindu juga punya sederet hari raya keagamaan yang juga dirayakan oleh masyarakat Pulau Bali. Salah satunya yakni Hari Raya Nyepi.
Tahun 2022 ini, Hari Raya Nyepi jatuh pada tanggal 3 Maret. Perayaan Nyepi biasanya ditandai dengan heningnya kehidupan di Pulau Dewata. Kamu bakal mendapati seluruh jalanan di pulau ini lengang. Di malam hari, Nyepi semakin terasa dengan listrik yang padam. Suasana gelap membuat kegiatan kamu terbatas. Tapi hal ini juga sangat baik sebagai saat perenungan.
>>Baca juga: 11 Rekomendasi Kuliner Canggu
Nah buat kamu yang penasaran tentang prosesi Nyepi di Bali, yuk simak fakta-fakta menarik tentang Nyepi di bawah ini.
Apa itu Hari Raya Nyepi?
Nyepi berasal dari kata sepi yang artinya sunyi senyap. Hari Raya Nyepi sendiri merupakan perayaan tahun baru umat Hindu berdasarkan kalender Saka. Sama seperti namanya, Nyepi memang identik dengan suasana sepi, tidak banyak aktivitas yang dilakukan, dan tidak ada lalu lalang orang maupun kendaraan.
Berbeda dengan perayaan tahun baru Masehi tanggal 1 Januari yang penuh hingar bingar, pada perayaan Nyepi semua aktivitas yang biasa dilakukan tidak lagi dilakukan. Mulai dari bekerja, berbelanja, bepergian. bahkan listrik dan internet pun padam. Larangan saat Nyepi berlangsung disebut Catur Brata Penyepian yang terdiri dari amati karya (tidak bekerja), amati lelungan (tidak bepergian), amati geni (tidak menyalakan api), dan amati lelanguan (tidak bersenang-senang).
Tidak hanya masyarakat Bali dan pemeluk agama Hindu yang menjalankan ibadah ini. Banyak wisatawan dan masyarakat Bali lain yang harus mengikuti guna menghormati perayaan Nyepi.
>>Baca juga: 11 Rekomendasi Cafe di Canggu yang Super Instagramable
Sejarah Hari Raya Nyepi
Hari Raya Nyepi dimulai sejak tahun 78 Masehi. Tercipta berdasarkan cerita kitab suci Weda, Hari Raya umat Hindu ini masih dilaksanakan sampai saat ini. Dalam kitab suci Weda, menceritakan bahwa awal abad Masehi bahkan sebelumnya, Negeri India dan wilayah sekitarnya dilanda krisis dan konflik sosial yang berkepanjangan. Pada saat terjadi perselisihan dari berbagai suku bangsa (Suku Saka, Pahiava, Yueh Chi, Yavana dan Malaya), banyak terjadi menang dan kalah yang menyebabkan terombang-ambingnya kehidupan beragama saat itu.
>>Baca juga: Warung Sika Canggu Bali – Kuliner Sederhana, Murah dan Higienis Paling Hits di Canggu
Pada akhirnya, setelah pertikaian yang panjang, Suku Saka memenangkan perselisihan di bawah Raja Kaniska I yang selanjutnya dinobatkan menjadi Raja dan turunan Saka tanggal 1 (satu hari sesudah tilem) bulan 1 (caitramasa) tahun 01 Saka, pada bulan Maret tahun 78 Masehi. Dikarenakan Raja Kaniska 1 berhasil menyatukan bangsa yang terpecah belah sebelumnya, maka terciptalah Hari Raya Nyepi untuk memperingati hari baik tersebut. Sejak saat itu juga kehidupan beragama dan bernegara di India ditata ulang.
Tujuan dari Hari Raya Nyepi sendiri adalah memohon kepada Tuhan yang Maha Esa untuk menyucikan Bhuana Alit (alam manusia/microcosmos) dan Bhuana Agung (alam semesta/macro cosmos). Harapannya nilai-nilai nyepi dapat dijangkau oleh seluruh umat Hindu dari berbagai tingkatan karena agama diturunkan bukan hanya untuk satu lapisan tertentu.
Prosesi Rangkaian Perayaan Hari Raya Nyepi
Hari Raya Nyepi dilakukan mulai pukul 06.00 sampai 06.00 paginya. Seperti perayaan Hari Raya yang lainnya, pada Hari Raya Nyepi terdapat berbagai rangkaian upacara yang harus dilalui. Apa saja sih rangkaian upacara dalam perayaan Hari Raya Nyepi, yuk simak dibawah ini
Melasti
Yang pertama dilakukan adalah Melasti. Upacara Melasti dilakukan dua atau tiga hari sebelum Hari Raya Nyepi diadakan. Proses upacara yang satu ini dengan mengusung pralingga dan pratima Ida Bhatara serta segala perlengkapannya ke samudra ataupun mata air yang dianggap suci lainnya dengan hati yang bersih, suci, dan khidmat.
>>Baca juga: 11 Rekomendasi Makanan Halal di Canggu, Bali
Upacara Bhuta Yadnya
Satu hari sebelum Nyepi, umat Hindu melaksanakan upacara Bhuta Yadnya. Tujuan dari upacara ini adalah menunjukkan kepada Sang Buta Raja, Buta Kala dan Batara Kala, agar tidak mengganggu para umat. Buta Kala sendiri di kalangan orang Hindu dianggap akan menimbulkan penyakit, malapetaka bahkan kematian. Saat upacara berlangsung, seluruh umat Hindu akan mengambil salah satu cara atau semacam sesajen sesuai dengan tingkatannya.
Foto : Instagram.com/@nanas_muda27
Ngerupuk/Pengerupukan (Pawai Ogoh-ogoh)
Salah satu budaya ikonik yang terlihat saat Nyepi yakni Ogoh-ogoh. Meskipun sebenarnya Ogoh-ogoh tidak memiliki hubungan langsung dengan Hari Raya Nyepi. Patung yang terbuat dari bambu, kertas, dan berbagai bahan sederhana lainnya merupakan hasil kreativitas untuk menyambut Ngerupuk. Ngerupuk atau Pengerupukan biasanya memiliki beberapa ritual seperti menabur nasi tawur, menaburi rumah dan pekarangan dengan mesiu, serta memukul benda atau biasanya kentongan hingga menimbulkan suara yang gaduh. Prosesi ini bertujuan untuk mengusir Buta Kala dari rumah warga. Perwujudan Buta Kala itu lah ogoh-ogoh diciptakan.
>>Baca juga: Rock Bar Bali – Bar Hits dan Instagramable di Tebing Pantai Jimbaran
Hari Raya Nyepi Adalah
Hari selanjutnya tepat tanggal 1 bulan ke 10 barulah dilaksanakan Hari Raya Nyepi. Pada prinsipnya, Hari Raya Nyepi dilaksanakan untuk meredakan hawa nafsu panca indra. Tujuannya adalah untuk menumbuhkan kebahagiaan yang dinamis agar kualitas hidup meningkat. Nah, ketika sedang melaksanakan Hari Raya Nyepi, umat Hindu melakukan Brata (menahan hawa nafsu seperti berpuasa), Yoga (menjalani hubungan jiwa dengan paramatma/Tuhan), Tapa (latihan ketahanan menderita), dan Samadi (manunggal kepada Tuhan yang bertujuan untuk kesucian lahir batin).
Ngembak Geni (Ngembak Api)
Di hari setelah Hari Raya Nyepi, umat Hindu melakukan Ngembak Geni yaitu silaturahmi atau yang biasa disebut Dharma Santi. Umat Hindu melakukan maaf-maafan antara keluarga dan tetangga dan berharap menjalani tahun baru dengan hati yang bersih dan lebih baik lagi. Inti dari Dharma Santi adalah memandang semua manusia itu sama ciptaan dari Sang Hyang Widhi Wasa.
Omed-omedan
Tradisi Omed-omedan hanya bisa ditemui di daerah Sesetan, Denpasar. Tradisi yang dilakukan oleh pemuda-pemudi yang belum menikah dengan usia 17-30 tahun ini cukup unik. Dimulai dari sembahyang bersama, selanjutnya pria dan wanita akan dibagi menjadi 2 kelompok yang nantinya akan tarik menarik, berpelukan, hingga bercium pipi sambil disiram air oleh masyarakat yang datang.
Mebuug-buugan
Mebuug-buugan dilakukan oleh Desa Adat Kedonganan, Kecamatan Kuta, Kabupaten Badung. Mereka akan mengotori diri dengan lumpur atau perang lumpur dengan tujuan membersihkan diri menyambut tahun baru. Selanjutnya menuju Pantai Barat untuk membersihkan lumpur yang ada.
Fakta Menarik tentang Ogoh Ogoh
Meskipun ogoh-ogoh tidak ada hubungannya dengan Hari Raya Nyepi, namun banyak fakta menarik tentang ogoh-ogoh yang wajib kamu ketahui.
>>Baca juga: 11 Rekomendasi Beach Club Bali yang Paling Hits
Arti Nama Ogoh Ogoh
Arti nama ogoh-ogoh dalam bahasa Bali adalah digoyang-goyangkan. Patung besar yang biasanya berbentuk gajah atau naga ini menggambarkan sosok buta besar, jahat, dan menakutkan yaitu Buta Kala.
Sejarah Ogoh Ogoh Bali
Awal keberadaan ogoh-ogoh, banyak versi cerita yang menarik di dalamnya. Pertama, ada cerita yang mengungkapkan bahwa ogoh-ogoh pertama kali tercetus saat ditetapkannya Hari Raya Nyepi sebagai Hari Raya Nasional yaitu 1983. Cerita yang lain juga menyebutkan bahwa ogoh-ogoh dikenal sejak zaman Dalem Balingkang, pada saat itu ogoh-ogoh dipakai pada saat upacara untuk menghormati leluhur. Informasi yang lainnya juga menyebutkan bahwa ogoh-ogoh muncul sejak tahun 1970-an.
Ogoh-ogoh merupakan gambaran sifat negatif dari manusia dan disimbolkan sebagai energi negatif sang Buta Kala. Selanjutnya ogoh-ogoh akan diarak keliling desa dengan tujuan setan yang ada di desa sekitar ikut bersama ogoh-ogoh. Umat Hindu percaya ogoh-ogoh merupakan rumah bagi setan, maka pemusnahannya dilakukan dengan dibakar. Dengan dibakarnya ogoh-ogoh, diharapkan sebagai simbol manusia yang akan lebih baik kedepannya.
>>Baca juga: La Favela Bali – Bar dan Tempat Dugem Paling Hits di Bali dengan Nuansa Vintage Brazil
Wujud penampakan ogoh-ogoh memang dibuat menyeramkan. Kenapa? Yaps, karena ogoh-ogoh menjadi perwujudan sifat iri dengki, sombong, dan sifat buruk manusia lainnya. Maka dari itu dibuatlah wujud yang buruk rupa dan juga menyeramkan.