Selain wisata alam yang eksotis, Bali memiliki budaya yang menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan. Keanekaragaman budaya Pulau Dewata memang nggak perlu diragukan lagi. Hal inilah yang bisa membuat wisatawan domestik dan mancanegara tertarik untuk berlibur di Pulau Dewata. Suasana di tempat ini juga menenangkan sekaligus menggembirakan. Nggak heran kalau sampai saat ini Bali masih jadi destinasi wisata nomor wahid di Indonesia.
Budaya Bali bisa kamu nikmati dari tarian, alat musik, makanan, dan masih banyak yang lainnya. Bali juga merupakan rumah bagi mayoritas pemeluk agama Hindu di Indonesia. Karena mayoritas penduduk yang beragama Hindu, kamu bisa menyaksikan berbagai adat dan tradisi unik di Pulau Bali. Kamu juga bakal banyak menemukan ornamen-ornamen Hindu di pulau ini.
>>Baca juga: Daftar 10 Suku di Pulau Bali dan Nusa Tenggara
Bangunan-bangunan di Bali memang sangat khas. Biasanya ditandai dengan gapura, bentuk atap dan bangunan yang punya ciri khas. Rumah Adat Bali juga jadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang ingin berkunjung dan menikmati eksotisme wisata budaya yang nggak ada duanya.
Rumah Adat Bali merupakan hunian yang cukup kompleks. Setiap bangunannya memiliki fungsi sendiri-sendiri dan tidak digabungkan dalam satu atap. Semua aturan, bentuk, arsitektur, dan yang lainnya sudah tercantum dalam Kitab Weda.
Mengikuti konsep kosmologis atau alam semesta dalam penataan tata ruang dan pekarangannya, rumah tradisional di Bali merupakan simbol mikrokosmos semesta untuk tata letak dan hirarki ruang dalam rumah. Rumah Adat Bali menjadi simbol tingkatan sosial dan ekonomi masyarakatnya. Golongan bangsawan menggunakan tumpukan bata, sementara untuk masyarakat biasa menggunakan tanah liat. Dibuat dengan serangkaian proses yang panjang, rumah khas Bali banyak juga mengandung banyak filosofi.
Beberapa proses yang dilakukan sebelum pembuatan rumah di antaranya ada pengukuran tanah, ritual persembahan kurban atau meminta izin kepada leluhur atau nenek moyang jika mau membuat rumah, peletakan batu pertama, pembuatan, hingga ditutup dengan upacara syukuran ketika rumah sudah jadi.
Rumah khas Bali disebut juga Rumah Gapura Candi Bentar. Disebut demikian karena memiliki dua buah bangunan candi yang identik dan sejajar. Bangunan ini juga menjadi pintu gerbang utama bagi rumah adat Suku Bali.
Rumah Adat Bali memiliki beberapa bagian dan memiliki fungsi masing-masing. Yuk simak ulasannya seperti dirangkum infoliburan.com berikut ini.
Angkul-angkul
Jika kamu pergi ke Bali, pasti nggak asing dengan bangunan yang menyerupai gapura. Yaps, angkul-angkul namanya. Angkul-angkul merupakan bangunan dengan bagian paling depan di Rumah Adat Bali. Bentuknya mirip dengan gapura Candi Bentar. Fungsi dari angkul-angkul ini adalah sebagai pintu gerbang saat memasuki rumah tradisional di Bali. Angkul-angkul memiliki atap yang menghubungkan antara kedua sisinya. Atap tersebut terbuat dari daun kering. Namun sekarang, banyak masyarakat yang menggunakan genteng sebagai pengganti daun kering untuk atapnya.
>>Baca juga: Apa itu Hari Raya Nyepi dan Sederet Fakta Menarik Tentang Ogoh Ogoh Bali
Aling-aling
Bagi orang Bali, aling-aling dipercaya sebagai penangkal hal negatif dari luar serta mampu memberikan aura positif. Aling-aling merupakan tembok yang terbuat dari batu setinggi 150 cm. Selain kepercayaan sebagai penangkal hal negatif, fungsi lain dari aling-aling adalah penyekat gerbang utama dan halaman rumah yang sering disebut tempat suci.
Fungsi lain dari aling-aling adalah untuk menjaga privasi sang pemilik rumah. Tamu yang datang berkunjung harus masuk ke bagian agak kiri dan keluar dari arah kanan. Sehingga suasana yang ada di dalam rumah tidak terlalu terlihat dari luar. Namun, untuk implementasi saat ini keberadaan aling-aling ini kadang digantikan dengan sebuah patung.
Pura Keluarga (Pamerajan/Sanggah)
Pura Keluarga merupakan bagian dari Rumah Adat Bali yang digunakan sebagai tempat ibadah. Selain bernama Pura Keluarga, masyarakat sering menyebut bangunan ini pamerajan atau sanggah. Diletakkan di area timur laut rumah, setiap keluarga di Bali yang memeluk agama Hindu wajib memiliki satu Pura Keluarga baik yang berukuran kecil atau besar. Pada bagian ini terdapat beberapa bangunan dengan fungsi masing-masing dan jumlah dari bangunan itu bervariasi, tergantung dari pemilik rumah.
Bale Manten (Bale Daja)
Bale Manten memiliki dua ruangan yang disebut bale kanan dan bale kiri. Bale Manten merupakan bangunan yang dikhususkan untuk kepala keluarga dan anak perempuannya yang belum menikah. Bangunan dari Bale Manten berbentuk persegi panjang dengan tiang atau kayu dan berada di sebelah timur. Tiang atau kayu tersebut berjumlah 8 atau 12. Bangunan ini biasanya paling tinggi di antara bangunan-bangunan yang lain. Hal ini bertujuan untuk menghindari terjadinya resapan air tanah. Selain itu, aturan ini sekaligus menjadi nilai estetika sendiri bagi rumah tradisional. Bale Manten disebut juga Bale Daja karena letaknya berada di zona utara (Kaja).
Bale Gede (Bale Dangin)
Bale Gede merupakan bangunan yang digunakan untuk upacara keagamaan, membakar sesaji, atau berkumpul sambil menyantap makanan khas bersama. Bangunan ini sering disebut Bale Dangin. Bale Gede dibuat dengan bentuk persegi panjang dengan tambahan tiang 12. Menjadikan bangunan ini sangat kokoh dan gagah. Terletak di bagian timur rumah, Bale Gede juga sering dijadikan sebagai tempat istirahat, tempat berkarya menciptakan seni, maupun merajut.
Bale Dauh (Bale Loji/ Bale Tiang)
Bale Dauh merupakan bangunan yang dipergunakan untuk menerima tamu. Sering disebut Bale Loji atau Bale Tiang. Hampir semua Rumah Adat Bali memiliki bangunan yang satu ini. Ada yang dipergunakan sebagai penerima tamu, namun ada juga yang digunakan untuk kamar anak laki-laki. Bale Dauh memiliki lantai yang tidak boleh lebih tinggi dari Bale Manten. Sementara itu, letak bangunannya berada di sisi barat rumah.
Lumbung
Lumbung merupakan bagian dari Rumah Adat Bali yang digunakan untuk menyimpan berbagai jenis makanan seperti beras, jagung, dan yang lainnya. Karakteristik dari lumbung adalah bentuknya kecil, lebih kecil dari bale dan terpisah dari bangunan utama.
Klumpu /Jineng
Nggak jauh berbeda dengan lumbung, klumpu atau jineng merupakan bangunan yang digunakan untuk tempat penyimpanan. Bedanya, fungsi dari klumpu adalah untuk menyimpan gabah setelah dijemur. Untuk ukuran dari bangunan ini sedang, dan terbuat dari kayu atau jerami.
Namun, kini klumpu atau jineng hanya bisa di temui di beberapa wilayah saja. Bahkan, ada yang sudah di modernisasi menggunakan batu bata, semen, dan pasir. Rumah adat yang memiliki klumpu atau jineng biasanya keluarga tersebut punya hasil panen tiap tahun.
Bale Delod
Nggak banyak yang mengenal bangunan yang satu ini. Padahal fungsi dari bangunan ini tak kalah penting lho. Bale Delod pada umumnya digunakan sebagai tempat menerima tamu. Namun, fungsi lain dari Bale Delod adalah untuk kegiatan adat atau bale kematian. Bila ada anggota keluarga yang meninggal sebelum di-Ngaben jenazah disemayamkan di bale ini.
Rumah Adat Bali memang cukup kompleks dan setiap bangunan memiliki fungsi sendiri-sendiri. Saat ini, rumah adat memang nggak banyak ditemukan. Apalagi kini banyak arsitektur-arsitektur modern yang banyak digunakan. Rumah dengan ornamen Bali pun sering kali dibuat dengan desain yang lebih modern atau kontemporer. Tapi kalau kamu lagi ke Bali, kamu tetap bisa melihat rumah-rumah adat ini di tengah-tengah masyarakat.