Kamu pasti udah nggak asing lagi kan sama Pulau Bali? Pulau yang juga dijuluki Pulau Dewata ini memang memiliki banyak budaya unik dan menarik. Bahkan, berbagai momentum sejarah juga terjadi di tempat ini. Budaya yang diwariskan dari para leluhur salah satunya karena sejarah Bali yang dulunya berdiri berbagai kerajaan. Bangunan, adat istiadat, dan berbagai budaya lainnya masih terus dilestarikan hingga saat ini. Bahkan, sekarang menjadi wisata budaya yang terkenal di seluruh penjuru dunia.
Awalnya, Kerajaan Bali atau biasa disebut Kerajaan Bedahulu merupakan salah satu kerajaan kuno yang berdiri antara abad ke-8 sampai abad ke-14. Dari awal kerajaan ini dibentuk, pemimpinnya merupakan beberapa dari keluarga raja. Pusat Kerajaan Bali dulu berada di Kabupaten Gianyar, nggak heran kalau kamu berlibur di kawasan ini, bakalan kental nuansa budayanya. Awalnya, agama yang dianut di Bali merupakan Agama Budha.
Namun, seiring berjalannya waktu, dan kerajaan-kerajaan penerus sudah mulai memimpin, agama di Bali perlahan-lahan beralih ke Hindu. Salah satu kerajaan Hindu di Bali yang terkenal adalah Kerajaan Buleleng. Kerajaan Buleleng berdiri bersama kerajaan-kerajaan Hindu lainnya pasca Kerajaan Majapahit yang berkuasa di Nusantara mulai memudar eksistensinya.
Sejarah Kerajaan Buleleng Bali
Pada saat kerajaan ini berdiri, banyak juga kerajaan baru yang muncul. Ada Kerajaan Gelgel, Klungkung, dan lainnya. Begitu berdiri, Kerajaan Buleleng langsung berkembang pesat sehingga bisa mencapai masa jayanya. Dikarenakan letaknya yang dekat dengan pantai, kerajaan ini memiliki pusat dagang yang ramai.
Lokasinya yang strategis menjadikan Buleleng menjadi penyalur pasokan hasil bumi dari saudagar-saudagar Bali ke daerah yang lainnya. Setelah menaklukan Blambangan atau yang biasa disebut juga dengan Banyuwangi dan Pasuruan, daerah kekuasaan Buleleng jadi semakin luas.
Pendiri Kerajaan Buleleng
Kerajaan Buleleng didirikan oleh I Gusti Anglurah Panji Sakti atau nama kecilnya adalah I Gusti Gede Pasekan dari Wangsa Kepakisan. Kerajaan ini didirikan pada pertengahan abad ke-17 atau sekitar tahun 1660. I Gusti Anglurah Panji Sakti sendiri merupakan anak dari I Gusti Ngurah Jelantik, penguasa Kerajaan Gelgel tahun 1580 masehi. Namun, meskipun anak dari seorang raja, Panji Sakti bukan merupakan seorang pangeran. Pendiri Kerajaan Buleleng ini merupakan anak dari seorang selir. Ia memiliki keistimewaan dibanding dengan anak raja yang lainnya yaitu memiliki kekuatan supranatural.
Dengan kelebihan yang dimilikinya, I Gusti Ngurah Jelantik takut Panji Sakti akan merebut tahta pangeran yang sudah ditunjuk, yaitu anak dari sang permaisuri. Di usianya yang ke 12 tahun, Panji Sakti diasingkan di kampung halaman ibunya. Di tempat inilah Panji Sakti tumbuh menjadi seorang pemimpin muda yang cemerlang dan bijaksana. Keberhasilannya pemimpin daerah ini bisa dilihat dari berhasilnya menyatukan wilayah-wilayah sekitar. Sehingga selanjutnya ia dinobatkan menjadi raja.
Raja-raja Kerajaan Buleleng
Setelah I Gusti Anglurah Panji Sakti tutup usia, pada tahun 1704, kekuatan Kerajaan Buleleng mulai melemah dikarenakan perbedaan pendapat antara putra-putranya. Di tahun 1732, Kerajaan ini takluk kepada Kerajaan Mengwi dan selanjutnya merdeka kembali di tahun 1752. Namun, sayangnya di tahun 1780 Kerajaan Buleleng kalah dalam perang di bawah kepemimpinan I Gusti Ngurah Jelantik tahun 1757 sampai dengan 1780.
Akhirnya, Kerajaan Buleleng direbut oleh Wangsa Karangasem, I Gusti Pahang Canang. Di bawah kepemimpinan Wangsa Karangasem, keluarga dari Kerajaan Buleleng sebelumnya tetap diberi posisi penting. Salah satunya adalah I Gusti Ketut Jelantik yang merupakan Pangeran Buleleng putra I Gusti Ngurah Jelantik. Ia menjadi patih atau panglima perang saat kepemimpinan I Gusti Made Karangasem yaitu tahun 1825 sampai 1849.
Di akhir tahun tersebut yaitu tahun 1846, 1848, dan 1849, wilayah Buleleng mendapat serangan dari Belanda. I Gusti Ketut Jelantik saat itu memimpin perang melawan Belanda. Sayangnya, I Gusti Ketut Jelantik gugur dalam medang perang dan berakhir dengan perang puputan atau habis-habisan pada tahun 1849. Dan Belanda berhasil menghancurkan Benteng Jagaraga. Sejak saat itu wilayah Bali bagian utara dikuasai oleh Belanda. Termasuk Buleleng dan Karangasem.
Beberapa raja yang pernah memimpin Buleleng ada Gusti Anglurah Panji Sakti, Gusti Panji Gede Danudarastra, Gusti Alit Panji, Gusti Ngurah Panji, Gusti Ngurah Jelantik dan Gusti Made Singaraja. Mereka merupakan raja dari Wangsa Panji Sakti. Sedangkan dari Wangsa Karangasem ada Anak Agung Rai, Gusti Gede Karang, Gusti Gede Ngurah Pahang, Gusti Made Oka Sori, dan Gusti Ngurah Made Karangasem
Peninggalan Kerajaan Buleleng
Biasanya, suatu kerajaan akan meninggalkan jejak berupa prasasti, bangunan atau yang lainnya yang menandai masa kejayaan kerajaan tersebut. Sama halnya dengan Kerajaan Buleleng, kamu bisa menikmati beberapa peninggalan dari Kerajaan Buleleng yang hingga saat ini masih ada. Beberapa peninggalannya antara lain Perempatan Agung (Catus Patha), Masjid Kuno (Keramat), Masjid Agung Jami’, Kampung Bugis, Kantor Bupati Buleleng, dan Eks Pelabuhan Buleleng.
Perempatan Agung saat ini bisa kamu temui di Jalan Mayor Metra, Veteran, dan Gajah Mada di Kota Singaraja. Penataan ruang tersebut merupakan budaya tradisional khas Buleleng. Terdapat pura, puri (pusat pemerintahan), pasar dan juga lapangan terbuka. Untuk Masjid Kuno atau Keramat ditemukan di saat Orang Bajo dari Suku Bugis menyusuri lahan yang tertutup semak belukar di sepanjang Sungai Buleleng.
Masjid Kuno ini diduga merupakan peninggalan dari Kerajaan Buleleng ketika Agama Islam mulai masuk ke Bali. Peninggalan Kerajaan Buleleng selanjutnya adalah Masjid Agung Jami yang ditunjuk sebagai simbol toleransi beragama di Kerajaan Buleleng. Pada tahun 1970, nama masjid yang sebelumnya Masjid Jami diganti menjadi Masjid Agung Jami’ sebagai bentuk penghargaan terhadap kebaikan Raja Buleleng.
Kampung Bugis menjadi salah satu peninggalan Kerajaan Buleleng karena dulunya Suku Bugis tergabung dalam angkatan laut Kerajaan Buleleng. Peninggalan lain dari Kerajaan Buleleng yaitu Kantor Bupati Buleleng yang dibangun saat masa penjajahan Belanda. Pada masa itu, gedung ini difungsikan sebagai gedung asisten residen untuk para pejabat Belanda.
Namun, setelah Indonesia merdeka, bangunan ini dialih fungsikan sebagai gedung veteran dan perguruan tinggi. Peninggalan kerajaan yang pernah berjaya di Bali ini ada juga Eks Pelabuhan Buleleng. Tempat ini menjadi bukti nyata jika Buleleng pernah menjadi pusat perdagangan di masa kejayaannya. Di pelabuhan ini terdapat monumen dengan nama Yudha Mandala. Monumen ini memiliki arti yakni ingin memberitahu bahwa pada zaman dulu ada kapal penjajah Belanda yang akan berlabuh. Monumen Tugu Yudha menunjuk ke arah lepas pantai selatan.
Di mana Letak Kerajaan Buleleng?
Lalu, dimana sih Kerajaan Buleleng itu berdiri? Kerajaan Buleleng diyakini berdiri di Desa Panji, wilayah Den Bukit, Bali Utara. Tempat ini merupakan kampung halaman dari ibu Panji Sakti. Atau saat ini wilayahnya disebut sebagai Singaraja.
Kerajaan Buleleng saat ini menjadi Gedung Kirtya. Gedung ini terletak di Komplek Sasana Budaya yang merupakan lokasi istana tua Kerajaan Buleleng yg kemudian dipugar pada masa Raja A.A.P. Djlantik dengan bantuan Belanda. Dalam kompleks ini terdapat Museum Buleleng, sarkofagus batu leluhur, istana rumah tinggal dan ruang kerja sang raja. Yang tak kalah menarik, ada Museum Arsip Daun Lontar yang berusia ratusan tahun lho.